Manusia Memang Dasarnya Mahkluk yang Suka Pamer

Sangat sering saya melihat orang pamer saat habis beli baju baru, kendaraan baru, atau makan di restoran mewah. Biasanya cara memarkannya, apalagi sekarang sudah jaman media sosial, dengan mengambil gambar barang tersebut lalu dibagikan ke media sosial. Itu kejadian umumnya. Tapi maraknya kejadian dan dipandangnya kejadian seperti ini umum, apa lantas membuatnya salah?

Kemajuan tekhnologi berkembang sangat pesat dari hari ke hari. Kalau kemarin-kenarin kita harus sudah puas dengan cuma punya hp yang ada kameranya, misalnya, hari ini beda lagi. Sekarang punya hp kamera saja tidak cukup. Kameranya harus juga bagus, harus jernih. Kalau tidak, kolot.

Hal ini karena jaman sekarang kabar datang dari dunia yang bahkan asing bagi kita sendiri. Hanya dengan memencet kata yang kau kita cari apa, akan muncul beragam pilihan dari pencarian.

Kemajuan jaman sudah cukup sering membuat kita terkesima dengan beragam inovasinya. Makanya dengan itu kita dibuat  tanpa sadar mengikuti begitu saja arus kemajuan yang gila-gilaan ini. Sampai akhirnya, kita pun ikut gila dengan pamer ke sana ke mari.

Budaya pamer ini tidak hanya mencakup pamer kendaraan baru, atau tekhnologi keluaran baru yang kita punya. Bisa juga berupa hal abstrak kayak membagikan pemikiran (biasanya dalam bentuk tulisan) di beranda media sosial kita atau hal semacamnya. Dan jelas, masing-masing punya tujuan berbeda tergantung orangnya.

Ada yang pamer karena niat mau ditahu dia orang kaya, ada yang mau mengukuhkan strata sosialnya di masyarakat, ada juga yang berniat menginspirasi orang lain. Hal semacam membagikan pemikiran orang (saya sering melakukannya) kebanyakan tujuannya ingin mengukuhkan intelektualitas saja (ini bagi saya pribadi). Bukan apa-apa, sepertinya ini hanya perkara budaya pamer di jaman sekarang sudah jadi semacam kebutuhan.

Dalam teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow ada lima tingkatan; mulai dari kebutuhan dasar (fisiologis), kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan kasih sayang, dan kebutuhan untuk dihargai, dan kebutuhan akan aktualisasi diri.

Dari lima kebutuhan di atas, kira-kira mana yang lebih mendekati budaya pamer? Saya rasa kebutuhan untuk dihargai, atau bisa juga kebutuhan akan aktualisasi diri.

Coba kita lihat. Kalau tujuan seseorang pamer duduk di dalam mobil mewah, atau makan di restoran, atau menginap di hotel, misalnya, untuk dikenal orang bahwa dia orang mampu, jelas masuk di golongan orang yang mengejar kebutuhan untuk dihargai (saya tahu betul maksud Maslow dihargai di situ, secara esensial, menyangkut harga diri, tapi saya artikan secara umum saja). 

Comments

Popular Posts