Menonton Sinchan, Bernostalgia


Baru-baru ini saya lagi suka nonton serial animasi 'Crayon Sinchan' di youtobe. Selain animasi Sinchan, animasi yang juga sangat saya suka adalah Spongebob Squarepants. Saya suka kedua animasi ini tidak hanya karena bagus, juga karena masa kecil saya tidak banyak bisa menonton televisi. Makanya saat menonton Sinchan, ingatan masa kecil saya kembali. Tidakkah itu bagus buat bernostalgia?

Di kampung, lampu hanya menyala saat malam tiba. Benar, belakangan ini spongebob sering tayang juga malam sehabis menghrib. Biasa juga pagi hari. Tapi masalahnya juga kami baru punya televisi sendiri saat saya sudah masuk SMA, sekitar kelas dua kalo tidak salah. Dan itupun harus berebut tayangan kesukaan dengan ibu saya. Makanya saya tidak bisa nonton dengan tenang kalo spongebob lagi tayang.

Sementara kalo Animasi Sinchan, saya ingat cuma bisa menonton beberapa kali waktu kecil dulu. Waktu itu lagi libur semester-- di SMP--dan saya jalan-jalan buat liburan ke luar daerah. Lebih tepatnya ke Selayar, ibu kota kabupaten, dan di sana lampu menyala siang malam. Tapi karena waktu itu saya, nenek, dan adik saya cuma numpang rumah keluarga, saya tidak berani menonton tv sendirian dan bebas. Akhirnya saya cuma bisa lihat sekilas tayangan Sinchan dan harus mengalah mengikuti kemauan tuan rumah buat nonton acara tv lain.

Benar. Dulu, saat pergi liburan, hal yang paling saya tunggu-tunggu dan sungguh saya inginkan cuma agar bisa menonton tv. Maklum, bisa dibilang saya kekurangan hiburan dari media digital macam begitu. Paling-paling hiburan masa kecil saya cuma main kelereng atau pergi ke laut berenang.

Main kelereng ada juga musimnya. Seperti ada aturan tapi tidak tertulis yang mengharuskan bilang bulan ini sudah waktu buat main kelereng. Seperti kebanyakan hal, kalo ada awal pasti ada akhir. Dan akhir dari main kelereng di kampung biasanya ditandai dengan munculnya wayang orang. Wayang orang ini dibuat dari plastik yang dibentuk menyerupai jagoan-jagoan animasi; mulai dari Goku, Bejita, Pikolo dan masih banyak lagi wayang yang menyerupai bentuk dari animasi-animasi lainnya.

Saat wayang orang sudah mulai dimainkan lagi, biasanya bersamaan dengan masim barat. Musim barat inilah, dimana ombaknya besar-besar, yang bakal membawa hanyut wayang-wayangan orang tersebut entah dari mana. Bahkan sampai sekarang tidak ada teori yang mendukung darimana asalnya wayangan orang ini. Tiba-tiba saja kami akan cari di tumpukan rumput laut yang menggunung di pantai, dan tidak jarang kami bakal dapat banyak mainan wayang orang.

Cara kami memainkan wayang orang ini, dengan menaruh wayang dalam posisi berdiri di depan kami duduk. Dua orang akan saling taruhan dengan meletakkan wayang di depan masing-masing, dan menembaknya dengan kelereng. Wayang siapa yang kena tembakan maka harus memberikannya ke lawan mainnya. Begitulah taruhannya. Makanya yang diandalkan dalam permainan wayang ini tidak hanya keberuntungan, tapi juga ketepatan sasaran dan kehebatan menembak kelerang dengan tangan.

Tidak ada toko yang menjual mainan macam beginian di kampung. Tapi bahkan kami tidak pernah kehabisan atau juga kekurangan mainan wayang kalo sudah musimnya tiba. Karena memang kalo sudah tidak musimnya kami bakal menyimpannya, dan dicari lagi kalo musim main kelereng sudah mau berakhir.

Tidak hanya main kelereng dan wayang orang yang kami mainkan, ada juga wayang kertas dan masih banyak lagi. Mungkin seperti juga daerah lain pasti ada permainan wayang tapi dengan cara masing-masing. Bedanya cuma kalo di daerah kami terbatas, di tempat lain belum tentu.

Di daerah kami tidak ada tempat buat produksi mainan. Paling banyak tempat produksi di sana, cuma tempat poduksi makanan. Itupun cuma produksi rumahan. Jangankan mau ada tempat produksi, Google saja tidak banyak tahu kalo search daerah kami. Tidak. Ini bukan karena Google terbatas akses tentang daerah kami, tapi memang tidak banyak yang menulis tentang itu dan membagikan cerita tentang daerah kami ke google. Memang ada, tapi tidak banyak. Itupun cerita-cerita yang sudah lama, tidak ada yang fresh.

Makanya menonton Sinchan adalah bentuk nostalgia yang paling mudah saya lakukan. Kalo cari di Google sudah jelas tidak bisa. Animasi 'Crayon Sinchan' pada akhirnya mengingatkan saya satu hal; bahwa kenangan, apalagi kenangan masa kecil, tidak perlu ingatan yang utuh apalagi otentik. Dan keterbatasan akses, justru datang ke kepala dengan mengemas kepingan-kepingan ingatan, lalu menyusunnya dengan rapi.

Comments

Popular Posts