Waktu Musim Hujan, di Hutan


Ini sedang musim hujan. Di hutan. Para binatang berkumpul di tepi danau, airnya jernih tapi kelihatan gelap karena mendung yang menutupi sinar matahari untuk turun langsung di atas permukaannya.

"Hujan sebentar lagi turun." Si tikus membuka pembicaraan. Semuanya melingkar dan saling menatap satu sama lain.

"Kupikir juga begitu." Angsa berteriak dari tengah danau sambil mendekati lingkaran para binatang yang berkumpul.

"Kemarin hujannya sangat deras, hampir-hampir tidak mau berhenti seharian. Baru malam tadi hujan berhenti, siang ini sudah mau hujan lagi." Kelinci berkata sambil melipat kedua telinganya di bawah matanya.

"Sudahlah, kelinci, tidak usah merengek begitu. Bagus, kan, kalo musim hujan. Dengan itu tumbuh-tumbuhan akan subur, dan kita bisa tidak kehabisan bahan makanan. Tidak seperti musim kemarau tahun lalu." Kata kambing sambil menyentuh kepala sang kelinci. "Baiklah," Si kambing melanjutkan. "Daripada merengek, mending kalian dengar ceritaku."

"Cerita apa?" Si kucing penasaran.

"Ini cerita tentang petualangan hidup Turo yang biasa."

"Baiklah. Coba ceritakan!! Perintah si angsa

"Pada suatu hari, ada seorang anak manusia, namanya Turo. Turo tinggal di gubuk, tengah hutan. Turo memiliki tetangga yang tinggal di gubuk sebelahnya. Tetangganya dua orang kakek-nenek yang masing-masing berumur seratus tahun. Turo sangat akrab dengan tetangganya itu, bahkan sudah menganggap mereka seperti orangtuanya sendiri. Tiap hari turo pergi berburu dan setiap kali ia mendapat tangkapan, dia selalu membaginya   untuk kakek-nenek itu. Sebaliknya, nenek akan memasak hasil pemberian Turo dan membagikannya lagi ke Turo. Selama bertahun-tahun tinggal bersebelahan, mereka selalu saling bertukar makanan. Turo sangat bahagia memiliki tetangga seperti kakek dan nenek, sebaliknya kakek dan nenek juga bahagia ada Turo yang merawat mereka. Begitulah, mereka saling bertukar kebahagiaan satu sama lain."

"Ceritanya sudah selesai, ya?" Tanya si angsa penasaran.

"Iya. Sudah"

"Ah, ceritanya tidak seru!! Seru si tikus

"Iya, kok ceritanya cuma begitu? Buang-buang waktu saja mendengar ceritamu, mbing." Kata si kucing terkesan mengejek.

Untuk beberapa saat kelinci hanya diam sambil sekali-kali mengerutkan dahinya. Ia mencoba menangkap maksud dan pesan dari cerita si kambing.

"Katanya memang begitu cerita jaman sekarang." Kelinci mulai berbicara. "Aku mendengarnya beberapa waktu lalu, saat dua orang pemburu lewat di sekitar danau ini. Mereka bilang, cerita yang bagus tidak lagi di akhiri dengan pernyataan, tapi pertanyaan. Kalo cerita bisa buat pendengarnya bertanya-tanya apa maksudnya, katanya ceritanya berhasil. Jadi, cerita memang harus serba nanggung. Itu yang kudengar."

"Lagian mana ada cerita tentang hidup yang selalu bahagia? Kan harus ada masalah agar hidup itu penuh makna." Si angsa berkata dengan sinis

"Justru di situ letak keseruaanya. Karena ceritanya tentang tidak adanya masalah sama sekali, dan harus selalu bahagia, bukannya kita bisa ambil kesimpulan bahwa itu harapan semua makhluk hidup? Ceritanya bisa mewakili perasaan dan keinginian semua orang, kan?" Jawab sang kelinci.

"Wah, kau benar juga kelinci. Aku tidak sampai kepikiran seperti yang kau pikirkan. Bahkan aku yang cerita ini saja, tidak memikirkan maknanya ternyata seperti itu."

"Tidak juga, kok. Karena kata pemburu itu juga, cerita sekarang maksudnya disesuaikan dengan apa yang di tangkap pendengarnya. Jadi maknanya bisa beragam dan macam-macam. Tergantung siapa yang mendengarnya."

"Iya juga, makanya judul ceritanya tentang petualangan hidup Turo yang biasa. Karena memang ceritanya biasa-biasa saja. Wajar kalau si tikus dibuat agak jengkel sama ceritanya."  Kata si angsa sambil menatap ke arah si tikus.

"Tapi memang menjengkelkan, kan? Harusnya ceritanya berakhir dengan si tokoh utama bertemu gadis cantik dari kerajaan atau gadis kaya raya, supaya Toru punya banyak uang dan bisa membawa kakek dan nenek tinggal bersamanya di luar hutan." Si tikus membela diri.

"Ah, cerita seperti itu sudah banyak dan lagi pula bahagia tidak harus punya banyak uang, kok. Aku kalo sudah bisa makan satu wortel sehari, dan berkumpul sama kalian seperti ini juga sudah bahagia."

"Tapi, kan....."

"Sudah-sudah!! Lihat, hujan sebentar lagi turun." Si kambing melihat ke langit mendung.

Mereka semua bubar.

Comments

Popular Posts