Cari Udara Segar

Sumber Gambar: Google

Tadi malam saya bosan terus duduk di kamar, tidak tahu harus apa. Saya kemudian mengambil motor dan memutuskan keluar cari udara segar. Dan seperti biasa, mungkin karena sudah jadi ciri khas perkotaan, saya cuma bisa melihat kesibukkan. Mungkin ini, saya pikir, cara mereka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang hari esok.


Beberapa meter dari tempat saya  menyalakan motor pertama kali, saya lihat beberapa orang sedang duduk di pos kecil depan gerbang kompleks perumahan mewah. Salah satu dari mereka ada yang pakai seragam hitam, mirip seragam yang di pakai penjaga pintu masuk mall atau pusat perbelanjaan modern lainnya. Dua orang lagi yang cuma berpakaian biasa, sedang duduk di atas kendaraan yang sudah dimodifikasi jadi mirip becak. Saya melewati mereka dan mencoba melempar senyum, tapi mereka terlalu asyik tenggelam dalam perbincangan sampai-sampai mungkin tidak akan atau tidak mau menyadari sesuatu yang terjadi di sekelilling.

Saya terus mengendarai motor dengan perasaan canggung, melewati post kecil itu. Sampai di pertigaan, saya mengambil jalur kanan. Lama-lama kemudian, tapi masih dengan perasaan canggung dan pikiran kosong, saya melewati sebuah kafe dan melihat dari jalan orang sedang tertawa terbahak-bahak di dalam kafe mewah itu. Beberapa meter dari kafe, saya lihat seorang nenek sedang menggaruk-garuk tempat sampah.

Dengan perasaan bersalah sepenuhnya saya melewati tempat dan suasana itu. Tidak lama setelahnya, ada pedagang gorengan sedang kewalahan melayani orang-orang. Melalui ekor mata saya juga lihat, cepat tapi pasti, diantara pembeli itu ada ibu-ibu sedang menggendong anaknya untuk didudukan di atas gerobak dorong. Di dalam gerobaknya ada dos bekas yang sudah dilipat-lipat.

Saya mengendarai motor dengan kecepatan konstan, sambil mengamati satu demi satu keadaan sekitar. Dan saya pikir, saya tidak sedang melihat orang-orang. Saya melihat sebuah peradaban. Orang bisa saja kecewa dengan hasil yang didapat hari esok. Makanya harus bertindak semaksimal mungkin hari ini. Sementara ada sebagian kecil orang, tanpa berbuat apa-apa, menggegam dunia dalam telapak tangannya. Ada juga yang tidak punya apa-apa, tapi tidak melakukan apa pun.

Dunia mendorong manusia untuk tidak mendapat kekecewaan. Untuk itu, segala usaha dilakukan sedemikian rupa demi hasil terbaik. Sementara dunia tidak pernah pasti kapan harus berakhir. Bisa saja dalam beberapa jam atau bahkan menit, semua hancur. Orang-orang akan ditemukan berlarian ke sana ke mari, mencari perlindungan dari musibah yang menimpa tiba-tiba. Tapi, kita tahu, keajaiban terus berjalan. Waktu tidak berhenti.

Beban dan penderitaan tidak menimpa orang seorang. Ini bisa menimpa siapa saja; pedagang, pemulung, pengusaha, orang kaya, dan banyak lagi selama hidup terus berjalan.

Di perjalanan pulang, saya mengendarai motor melewati gubuk kecil di pinggiran kota. Saya lihat satu keluarga sedang mencuci tangan mereka, bersiap-siap untuk makan malam. Saya tahu seseorang harus mencuci tangan agar kuman bisa hilang, dan tidak membuatnya sakit. Sakit adalah tanda manusia bukan robot.

Melihat ternyata masih ada yang meskipun tinggal di gubuk kumuh tapi masih harus cuci tangan kalo mau makan, saya jadi bertanya-tanya; buat apa tetap sehat? Toh, mereka juga cuma menghilangkan sementara kuman-kuman itu. Sementara kuman-kuman yang lebih berbahaya, berada tepat di dekat mereka. Di sekeliling mereka. 

Comments

Popular Posts