Membaca Franz Kafka

"Kemarin saya ambil novel 'Sidang' lagi di kursi dan melanjutkan bacaan yang lagi-lagi tertunda satu hari."

Di bab terakhir kali yang saya baca, Josef K. menemui seorang pelukis yang jasanya sudah dipakai para hakim untuk melukis dirinya selama bertahun-tahun, dan ini jadi  warisan turun temurun. Bab di tutup dengan kegelisahan, dan rasa ragu-ragu K., antara bertahan karena penasaran dengan cerita pelukis tentang sidang dan pengalamannya bertahun-tahun mengenal para hakim, atau cepat-cepat pergi karena pengap di ruang kamar pelukis.

Di bab selanjutnya, kemarin, saya menemukan kesadaran dan keteguhan yang sama seperti K. saat memutuskan memecat pengacara yang mewakilinya di persidangan. Bedanya, K. teguh untuk memecat pengacara,  dan saya teguh untuk mulai kembali membuka lembaran pertama dari bab novel 'Sidang' yang bersambung.

Dari semua bab sebelumnya yang saya baca, di bab ini, tepatnya halaman 181, Kafka membawa kita untuk sampai pada kesimpulan berbeda tentang sidang. Dalam hal ini, Kafka sangat apik membungkus tekanan psikologis yang di hadapi para terdakwa melalui diri K. (si tokoh utama) dan pedagang jagung. Keduanya sama-sama terdakwa, dan punya pengacara yang sama. Hal berbeda terjadi karena K. memilih memecat pengacara, tapi pedagang jagung cuma bisa tunduk dan patuh sama apa yang dikatakan pengacara. Malah pedagang jagung seperti jadi budak pengacara itu, hanya untuk menemukan dirinya tidak punya alasan mengakhiri hubungan dengan si pengacara.

"Bagi seorang tersangka, gerakan lebih baik daripada diam, karena seorang yang masih bisa bergerak, tanpa disadari, berada di neraca dan ditimbang dengan dosa-dosanya." Kata pedagang jagung yang matanya tajam ke arah K. tapi hanya bisa menatap lututnya dalam dalam ketika berhadapan dengan pengacara.

K. merasa kasihan melihat tingkah laku pedagang jagung, dan sekali-kali melihatnya berdiri gemetar seperti angin bahkan bisa merobohkannya dengan sekali tiupan.

"Orang seperti itu bukan lagi seorang klien, dia anjing pengacara." kata K.

Lihat. Cara Kafka menggambarkan situasi pelik dalam sebuah sidang begitu menganggumkan. Bahwa dalam sidang tidak hanya keputusan hakim yang menentukan tapi juga bagaimana hubungan antara pengacara dan klien; dimana klien yang kaya dan miskin, perlakuannya berbeda. Padahal di mata hukum harus sama.

Saya rasa karakteristik Kafka sebagai pengacara, tergambar jelas dalam novel ini. Cara dia memberitahu kita tentang hukum, dan sudut pandangnya yang memposisikan karakter utama sebagai masyarakat kelas menengah (akuntan senior sebuah bank), membuat kita sampai pada kesimpulan yang menarik.

Uniknya lagi, si tokoh utama sangat peduli akan distorsi yang terjadi di masyarakat, tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena dia juga punya masalah yang membuatnya lebih banyak bimbang. Selain itu, adanya hubungan serba tanggung kepada setiap wanita dalam novel, menunjukkan bahwa Josef K. tetap seorang manusia biasa; punya nafsu, rasa bimbang, lemah, serta tidak bisa berbuat apa-apa terhadap dirinya sendiri dan orang lain.

Comments

Popular Posts