Orang Susah (harus) Nonton Televisi

Di youtube saya cuma subscribe orang-orang dengan konten berkualitas. Dan salah satu chanel youtube yang saya subscribe, chanelnya Deddy Corbuzier.

Di salah satu konten terbarunya yang baru-baru ini saya nonton, ada judul video yang sedikit menyentil dan menggugah naluri orang susah dan kampungan dalam diri saya. Judulnya videonya, "Orang susah suka tayangan sampah di TV (kebiasaan orang susah vs orang sukses)."

Dalam videonya, Deddy Corbuzier membahas tayangan-tayangan tidak berkualitas yang ada di televisi; salah satu yang beliau sentil, tayangan gosip-gosip artis. Beliau membahas bagaimana orang susah begitu suka tayangan gosip-gosip artis, dan membandingan dengan teman-temannya yang sukses yang bahkan tidak peduli dengan (gosip artis) itu.

"Saya banyak bertanya ke teman-teman saya orang-orang sukses, dan mereka tidak tahu bahkan tidak peduli tentang gosip artis. Mereka lebih suka membahas mitra kerja, atau rival dalam pekerjaan mereka." sedikit banyaknya begitu salah satu perkataan Deddy Corbuzier dalam videonya.

Bicara esensi yang mau disampaikan Deddy Corbuzier dalam konten videonya, saya sangat sepakat bahwa untuk sukses kita tidak usah pedulikan banyak hal tidak berguna, dan banyak membahas hal-hal tidak berguna lainnya. Gosip, dalam hal apapun dan meskipun bukan tentang artis, memang lebih banyak yang tidak baik menurut saya.

Meskipun begitu, saya tidak mau menilai dari satu sisi saja. Bagaimanapun Deddy Corbuzier itu orang sukses, dan tentu saja beliau menilai dari satu sudut pandang saja; pandangan orang sukses. Dalam hal ini mungkin saya bisa beri gambaran lain, dan dari sudut pandang orang susah.

Sudah jelas apa yang disampaikan Deddy Corbuzier mengandung motivasi luar biasa, dan bagi siapa saja memang harus setuju dengannya. Tapi kembali lagi, tidak sah rasanya kalau saya tidak menyampaikan keresahan dan cara pandang saya dari posisi sebagai orang susah. Bukannya tidak setuju atau apa, ini sekedar memberi tahu saja bahwa tidak semua manusia lahir, langsung di kelilingi orang-orang sukses di sekitarnya, dan bahkan ada yang sampai mati belum tentu dikelilingi orang-orang sukses. Makanya, harus ada sedikit perbandingan.

Begini. Di kampung saya, lampu hanya menyala mulai dari 18.00 sampai 23.00 (yang umum sampai jam 00.00). Di siang hari orang-orang melakukan pekerjaan fisik yang berat; pergi ke kebun, atau menangkap ikan bagi nelayan (posisi daerah kami di pesisir, lebih tepatnya di Bonerate, pulau yang lumayan jauh dari Kab.Kep.Selayar). Nah, karena kerja berat seharian, sudah pasti kita merasa lelah kalau sudah kembali ke rumah. Dengan itulah kita butuh televisi sebagai media hiburan; untuk melepas penat. Okelah, tidur mungkin salah satu cara melepas penat. Tapi itukan hanya salah satu, dan pasti harus ada cara lainnya. Dan bagaimana kalau sampai di rumah kita belum mengantuk? Ya harus ada alternatif lain, kan? Maka Televisi salah satunya.

Kami (orang susah) bukannya tidak tahu bahwa acara-acara di televisi lebih banyak bohong dan kurang kualitasnya. Kami tahu semuanya. Kami suka gosip artis, bukan karena kami peduli. Itu cuma alternatif lain dari gosip, agar tidak banyak menganggu urusan tetangga. Toh, artisnya tidak mengenal kami. Jadi, tidak salahkan jika sampah kami daur ulang (ceritakan) kembali?

Saat didepan televisi juga, saya rasa, yang kami pedulikan lebih ke kualitas kebersamaan keluarga. Saya bahkan selalu merindukan saat kami satu keluarga--dimana ibu, adik, nenek, om, dan tante saya--berkumpul di depan televisi sambil menonton kepura-puraan di situ. Paling tidak yang nyata dan pura-pura bisa saling berhadapan, dan hanya dibatasi layar kaca. Sayang sekali, sekarang saya lagi jauh dari keluarga dan kampung halaman. Makanya saya tidak pernah dengar lagi nenek saya terbawa suasana di tv; tertawa, marah, dan banyak lagi ekspresi yang spontan tapi hangat.

Saya tahu, hidup akan jauh lebih baik saat jadi orang sukses. Maka butuh lebih banyak lagi orang-orang cerdas kayak om Deddy ini, agar motivasi jalan hidup sukses untuk orang susah lebih banyak lagi. Karena di era meningkatnya kualitas hidup ini, apalagi di kota besar, biaya hidup juga jadi semakin meningkat.

Namun, semestinya yang jadi masalah bukan karena biaya hidup meningkat, tapi cara kita memandang hidup. Mungkin disatu sisi ada yang bahagia dengan patokan sukses dan punya uang banyak. Tapi disisi lain, ada juga orang yang patokan bahagianya bisa berkumpul sama keluarga.

Jadi, tergantung hak masing-masing mau mengambil sisi mana untuk jadi patokan. Bukan hak kita untuk mengusik hak orang lain dalam memandang hidup. Memang sudah jadi kewajiban manusia untuk saling mengingatkan, tapi yang diambil jadi sampel (untuk mengingatkan orang lain) juga harus cocok dan sesuai tempatnya. Masa nelayan harus belajar cara menangkap dari seorang petani, juga sebaliknya? Percuma, tidak bakal digubris. Terlepas dari itu semua, saya rasa orang susah harus nonton televisi, sekedar untuk tahu kenyataan lain bahwa dalam hidup, selalu ada kepura-puraan.

Comments

Popular Posts